..Selamat membuka blog ini Mas Anas Nurul Yaqin Merakurak Tuban...

Jumat, 28 Januari 2011

Azolla si Pupuk Hidup

Azolla si Pupuk Hidup

Oleh : Ratna M. Noer



Azolla adalah nama tumbuhan paku-pakuan akuatik yang mengapung di permukaan air. Tumbuhan ini bersimbiosis dengan Anabaena azollae, alga biru hijau (Cyanobacteria) dan Azolla sebagai inangnya atau rumah bagi alga. Alga hidup di rongga yang ada di sisi permukaan bawah daun Azolla. Dalam hubungan saling menguntungkan ini, Anabaena bertugas memfiksasi dan mengasimilasi gas nitrogen dari atmosfer. Nitrogen ini selanjutnya digunakan oleh Azolla untuk membentuk protein. Sedangkan tugas Azolla menyediakan karbon serta lingkungan yang ‘nyaman’ bagi pertumbuhan dan perkembangan alga. Hubungan simbiotik yang unik inilah yang membuat Azolla menjadi tumbuhan yang menakjubkan dengan kualitas nutrisi yang baik.

Azolla memiliki beberapa spesies, antara lain Azolla caroliniana, Azolla filiculoides, Azolla mexicana, Azolla microphylla, Azolla nilotica, Azolla pinnata var. pinnata, Azolla pinnata var. imbricata, Azolla rubra.

Azolla sangat kaya akan protein, asam amino esensial, vitamin (vitamin A, vitamin B12 dan Beta- Carotene), mineral seperti kalsium, fosfor, kalium, zat besi, dan magnesium. Berdasarkan berat keringnya, mengandung 25 – 35% protein, 10 – 15% mineral dan 7 – 10% asam amino, senyawa bioaktif dan biopolymer. Sementara kandungan karbohidrat dan lemak Azolla sangat rendah. Komposisi nutrisinya membuat Azolla sangat efisien dan efektif sebagai pakan ikan, ternak, dan unggas. Ternak dengan mudah dapat mencernanya, karena kandungan protein yang tinggi dan lignin yang rendah.

Percobaan pada hewan ternak penghasil susu, jika pakan dicampur dengan 1.5 – 2 kg Azolla per hari menyebabkan peningkatan produksi susu sebanyak 15%. Peningkatan kuantitas susu tidak saja karena kandungan gizi Azolla saja, sehingga diasumsikan bukan hanya nutrien, tetapi juga ada peningkatan komponen lain seperti karotenoid, biopolymer, probiotik yang ikut meningkatkan produksi susu. Memberi pakan unggas dengan Azolla meningkatkan berat ayam broiler dan meningkatkan produksi telur.

Pada tahun 2002 International Journal of Poultry Science, Bangladesh mencobakan jumlah kandungan Azolla dalam ransum ayam broiler sebanyak 5%, 10%, 15%. Dalam jumlah 5%, sebenarnya ayam tumbuh lebih baik dibanding pakan biasa. Pada 10% dan 15% berat badan hampir sama dengan yang diberi pakan biasa, tetapi lemak di perut unggas agak berkurang.

Azolla juga dapat dijadikan pakan untuk biri-biri, kambing, babi, dan kelinci. Di Cina, budidaya Azolla bersama dengan padi dan ikan meningkatkan produksi beras sebanyak 20% dan ikan sebanyak 30%.


Azolla juga sangat mudah dibudidayakan dan sangat ideal sebagai pupuk hayati (biofertilizer) atau pupuk hijau untuk padi sawah. Permasalahan lahan di sawah adalah bahan organik tanah dan nitrogen seringkali terbatas jumlahnya, sehingga dibutuhkan sumber nitrogen alternatif sebagai suplemen pupuk kimia (sintetis). Salah satu sumber N alternatif yang cocok untuk padi sawah adalah Azolla. Azolla sudah berabad-abad digunakan di Cina, Vietnam dan Filipina sebagai sumber N bagi padi sawah.

Suatu penelitian internasional di mana Indonesia (Batan) ikut terlibat, menghasilkan temuan bahwa Azolla yang bersimbiosis dengan Anabaena azollae dapat memfiksasi N2-udara sebanyak 70 – 90%. N2 yang ‘ditambang’ oleh Anabaena dan terakumulasi dalam sel daun Azolla ini yang digunakan sebagai sumber N bagi padi sawah. Laju pertumbuhan Azolla dalam sehari 0,355 – 0,390 gram (di laboratorium) dan 0,144 – 0,860 gram per hari (di lapang). Pada umumnya biomassa Azolla maksimum tercapai setelah 14 –28 hari setelah inokulasi. Dari hasil penelitian Batan diketahui bahwa dengan menginokulasikan 200 g Azolla segar per m2 maka setelah 3 minggu, Azolla akan menutupi seluruh permukaan lahan tempat Azolla ditumbuhkan. Dalam kondisi tersebut, dapat dihasilkan 30 – 45 kg N/ha yang setara dengan 100 kg urea, yang notabene adalah pupuk kimia !! Lapisan Azolla di atas permukaan lahan sawah dapat menghemat penggunaan urea sebesar 50 kg urea/ha, kadangkala bila musim sangat baik Azolla dapat menghemat sampai dengan 100 kg urea/ha. Azolla tumbuh dan berkembang lebih baik pada musim penghujan daripada musim kemarau.



Wow…betapa alam dapat memberikan sesuatu yang lebih dibanding yang dapat dilakukan oleh manusia. Nah, jika kita punya kolam atau tangki besar yang tidak terpakai seperti bath tub yang sudah tidak digunakan lagi, sementara kita punya hewan ternak atau hewan peliharaan lain, pikirkanlah untuk ‘beternak’ Azolla. Sekali saja butuh modal untuk membeli, selanjutnya akan tumbuh dan berkembang dengan cepat. Jika tidak punya ternak, tidak salah juga menumbuhkan azolla di kolam atau di pot tanaman kita yang kita beri air. Azolla seperti super sponge, dapat mengambil dan menyimpan air. Azolla juga menjaga tanah tidak ‘terganggu’ saat kita menyiram tanaman dalam pot.

Bagaimana cara memperbanyak Azolla ?

Dari hasil browsing, kira-kira seperti ini: Buatlah stok Azolla dengan bak plastik atau di kolam yang tidak ada ikannya. Semprot stok setiap 3 bulan sekali dengan pupuk P (satu sendok makan SP-36 per liter air). Sebaiknya Sp-36 digerus halus agar mudah larut dalam air. Stok ini digunakan untuk bibit yang akan ditanam di lapang.

Lalu bagaimana cara menggunakan Azolla ?
Setelah bibit Azolla tumbuh dengan baik, tebar Azolla bersamaan atau satu minggu sebelum padi di bibitkan. Setelah lahan penuh dengan Azolla, lahan dibajak agar Azolla terbenam. Selanjutnya dilakukan penaman padi dan Azolla yang tidak terbenam dibiarkan tumbuh. Azolla yang tumbuh di permukaan ini dapat mengambil N yang hanyut dan menguap, selain dapat pula menahan pertumbuhan gulma yang menjadi pesaing padi.

Adapun pembiakan Azolla di kolam bisa dilakukan dengan mempersiapkan lahan tanam persis seperti pengolahan tanah untuk bertanam padi. Bedanya ketebalan tanah kolam dari dasar setidaknya antara 7-10 cm, lalu diberi pupuk dasar N,P dan K, di genangi dengan air dan jangan dibiarkan kering. Bila strain azolla didapat dari lapang jangan di tanam di kolam besar yang terkena sinar matahari langsung. Sebaiknya di adaptasikan dulu di kolam kecil untuk diadaptasikan dengan lingkungan yang baru. Lalu baru ditransplantasikan ke kolam induk.

Seorang petani di Kyushu, Jepang T. Furuno berusaha keras tidak menggunakan pestisida untuk menanam padi. Pekerjaan paling sulit adalah menghilangkan gulma, yang akhirnya memunculkan ide menanam padi digabungkan dengan ternak bebek. Bebek ternyata efektif menunaikan tugas mengendalikan gulma dengan cara mengganggu permukaan tanah. Untuk menyediakan nitrogen, azolla ditumbuhkan dalam sistem ini. Azolla memberikan nitrogen bagi padi dan protein bagi bebek yang bertugas menekan pertumbuhan gulma. Di lain pihak kontribusi bebek bagi azolla adalah memberantas serangga penyerang azolla dan karena bebek selalu bergerak, menyebabkan azolla tumbuh menyebar di luasan perairan tersebut. Ekskreta (kotoran) bebek menjadi suplai fosfor bagi azolla. Akhirnya sekarang kultur padi-bebek (rice-duck-azolla system) diadopsi dan sudah umum diterapkan untuk persawahan padi organik.

International Rice Research Institute (IRRI) di Filipina dan Universite Catholique de Louvain di Belgia telah menyimpan koleksi plasma nutfah azolla hidup. Hingga tahun 1997 koleksi telah mencapai sebanyak 562 aksesi yang meliputi semua species yang dikoleksi dari seluruh dunia. Koleksi dipelihara dalam bentuk kultur ujung tunas (shoot-tip agar cultures), yang ditransfer setiap 3-6 bulan. Di antara koleksi tersebut terdapat jenis yang unik yang tidak dapat diperoleh dari habitat alami karena (i) diperoleh dengan persilangan seksual (79 aksesi), (ii) Anabaena-free, hidup bebas tanpa simbiosis dengan Anabaena (20 aksesi), (iii) azolla yang bersimbiosis dengan alga hijau biru heterologous (6 aksesi), dan mutant (16 aksesi). Untuk mencegah hilangnya aksesi hampir semua azolla koleksi IRRI dibuat duplikatnya di Azolla Research Center, Fujian Academy of Agricultural Science (Fuzhou, Fujian, China).

Bergantung dari sisi mana kita melihatnya, di beberapa wilayah di negara lain yang suhunya lebih hangat, Azolla dianggap sebagai pengganggu. Jika azolla tidak mati maka akan membentuk lapisan tebal seperti selimut atau hamparan permadani yang menutupi permukaan air sehingga menjadi pesaing tumbuhan air yang tumbuh diperairan yang sama. Namun kondisi ini juga dapat menempatkan peran azolla sebagai pengendali larva nyamuk (larvicide) di sawah. Lapisan tebal azolla mengurangi laju difusi oksigen dari udara ke dalam air sehingga membuat larva nyamuk kekurangan oksigen dan tidak sempat menjadi nyamuk dewasa. Mungkin hal ini yang menyebabkan Azolla disebut sebagai paku nyamuk (mosquito fern) selain sebagai paku air (water fern)

Sumber : http://green.kompasiana.com/penghijauan/2011/01/26/azolla-si-pupuk-hidup/