..Selamat membuka blog ini Mas Anas Nurul Yaqin Merakurak Tuban...

Rabu, 05 September 2012

Pengalaman Budidaya Azolla microphylla di Medan

Azolla Microphylla




  • ShareThis
Sudah dua bulan ini kami memelihara ikan patin dan gurame lagi di kolam belakang yang sudah lama tak terpakai. Awalnya kami memberikan pelet ikan sebagai makanannya, tapi kok rasa-rasanya kurang puas ya kalau dikasih pelet melulu (selain biayanya juga lumayaaannn hehe). Kadang-kadang kami masukkan juga kangkung ke dalam kolam supaya ikannya cepat besar. Trus timbullah niat pengen coba pakan ikan organik yang dibuat sendiri dari kotoran hewan, tapi kemudian ada seorang teman jejaring sosial yang biasa saya panggil om Dody yang merekomendasikan Azolla Microphylla sebagai pakan ikan. Selain bisa dibudidayakan sendiri, yang artinya bisa menghemat pengeluaran pakan, katanya nutrisinya juga lebih bagus daripada pakan organik lainnya. Ya sudah, karena penasaran dan tertarik, akhirnya saya cari tahulah ini Azolla Microphylla dari penyedianya langsung, soalnya yang pernah saya dengar itu cuma Azolla Pinnata yang biasa dipelajari saat belajar Biologi di SMA dulu.
Sekadar informasi, Azolla adalah satu-satunya genus paku air yang mengapung dari suku Azollaceae (yang ini asli modal copas hehe, soalnya dulu belajar Biologi banyakan lupa hapalannya). Biasanya dia akan bersimbiosis dengan bakteri biru-hijau bernama Anabaena Azollae, yang kemudian mengikat nitrogen langsung dari udara. Selain itu, nilai nutrisi yang terkandung di dalamnya terdiri dari kadar protein tinggi antara 24-30%, kadar asam amino essensialnya, terutama lisin 0,42%, lebih tinggi jika dibandingkan dengan konsentrat dedak, jagung, dan beras pecah. Itulah sebabnya mengapa Azolla Sp. begitu potensial sebagai pupuk hijau dan memberikan hasil panen yang tinggi. Umumnya tingkat laju pertumbuhan tanaman Azolla pada kondisi optimal bisa mencapai 35% setiap harinya. Selain untuk pupuk hijau, Azolla juga bisa dimanfaatkan untuk pakan ikan.

Nah, yang biasa kita jumpai di sawah-sawah itu namanya Azolla Pinnata, berbeda dengan Azolla Microphylla yang sedang kita bahas ini. Meskipun bentuknya rada-rada mirip (yah, namanya juga sodaraan), Azolla Microphylla ternyata memiliki beberapa keunggulan dibandingkan enam saudaranya yang lain. Dari segi volumenya, Azolla Microphylla bisa tumbuh lebih menebal dan bertumpuk. Selain itu nutrisi yang terkandung di dalamnya juga lebih baik. Ikan yang diberi Azolla Microphylla katanya selain cepat besar dan gemuk, kandungan proteinnya juga berlipat. Untuk tambahan informasi terkait pupuk, bisa dibaca di webnya Batan.
Setelah mengerti sedikit-sedikit tentang Azolla Microphylla, dan ternyata budidayanya juga ga terlalu sulit bin ribet, eng ing eng… akhirnya datang jugalah si AzoMic ini ke rumah kami tanggal 14 Juli lalu. Kondisinya saat itu sebagian masih segar dan hijau, sebagian lagi sudah mulai coklat, mungkin karena stress setelah melalui perjalanan jauh lewat udara.

Tempat budidaya: Cukup menggunakan wadah kotak plastik, box kayu, atau kolam terpal buatan sendiri, yang penting nggak mudah lapuk. Kalau punya lahan, bisa pakai kolam tanah. Bagi yang pakai kolam non-tanah, kalau bisa dibuat juga water level untuk kontrol air. Ini sangat berguna ketika musim hujan karena air di dalam kolam akan penuh. Dengan adanya kontrol air, air akan keluar secara otomatis jika melewati batas level ketinggian. Caranya cukup buat saja lubang dua atau tiga buah di dinding kolam.
Saya sendiri menggunakan kotak kayu berlapis plastik, bekas kolam ikan laga alias ikan Cupang (kalau di Medan nyebutnya ikan laga).

Media: Saya menaburkan kompos + pupuk kandang (sesuai saran), baru diisi air. Sebenarnya lebih banyakan komposnya sih, pukannya cuma sedikit. Airnya yang saya gunakan air kolam ikan yang agak hijau.
Awalnya karena saya belum terlalu paham, saya masukkan kompos dan pukannya kira-kira saja, tapi ternyata mungkin kurang tebal dan airnya terlalu tinggi (karena tadinya tinggi air boleh antara 5cm-20cm). Lalu supaya hemat tempat, saya pikir jika dibuat bertingkat jadinya lebih praktis, karena kebetulan wadahnya memang bertingkat, jadilah seperti gambar di bawah ini hihi…


BEFORE: Azolla Microphylla dalam kolam rendah, airnya terlalu tinggi, medianya terlalu tipis, dan kurang kena sinar matahari (klik foto untuk memperbesar)
Ini tampilan AzoMic dari dekat saat sampai, setelah ditebar di kolam.
Azolla Microphylla dari Dekat
Penampakan dari dekat ketika sampai (klik foto untuk memperbesar)

Azolla Microphylla Sakit
Dua hari kemudian, AzoMic saya banyak yang tenggelam dan yang mengapung warnanya ada yang coklat dan butek. Tampilannya seperti ini nih:
Azolla Microphylla Sakit
BEFORE: Tampilan AzoMic yang sakit. Warna coklat dan sebagian tenggelam (klik foto untuk memperbesar)

Setelah bertanya pada pak Sebastian, beliau bilang kondisi seperti ini karena kurang kena cahaya matahari. Lalu beliau menyarankan untuk dikurangi airnya dan ditambah medianya, lalu dipindah ke lokasi terbuka yang terkena cahaya matahari langsung, plus diberi tambahan nutrisi berupa pupuk P. Bisa juga ditambahkan lumpur hijau dari dasar kolam kalau sedang membersihkan kolam ikan.

Langkah Penanganan
Akhirnya saya langsung terapkan saran beliau. Saya keluarkan AzoMic dari kolam (taruh di ember dulu). Lalu air di kolam AzoMic saya kurangi sampai hanya setinggi 5cm dari media. Untuk medianya, saya tambahkan kompos sampai cukup tebal, saya rasa sekitar satu buku jari lebih dikit, kurang lebih 3cm tebal medianya. Setelah itu saya masukkan lagi si AzoMic. Yang coklat-coklat kering saya remas-remas, begitu juga dengan yang tenggelam, tujuannya agar sporanya lepas dan menyebar.

Lalu bak kolamnya saya letakkan masing-masing di tempat yang tidak terhalang sinar matahari, jadi tidak bertingkat lagi, tapi tidak saya letakkan di lapangan terbuka langsung sih, masih di samping tembok, hanya saja sudah tidak ada halangan atap lagi. Tapi kondisi ini membuat kolam tidak mendapat sinar matahari seharian, hanya matahari siang dan sore. Tadinya rencana saya mau diletakkan di atas kandang ayam. Kebetulan di rumah ada kandang ayam yang ga terlalu tinggi, nah atapnya itu cukup ideal untuk tempat kolam AzoMic. Tapi berhubung saya ga sempat-sempat bikin kolam yang lebih ringan beratnya, akhirnya saya sabarkan dulu dengan kondisi yang ada.

Oke, kita lanjut (masih panjang curhatnya hehe…).
Dua hari kemudian, saya lihat di kolam AzoMic ini sudah mulai banyak remahan-remahan AzoMic yang mati tadi pada naik ke atas gitu, sebagian malah sudah mulai hijau lagi, seperti ada buih-buihnya. Mungkin itu bakalan anaknya kali ya…
Trus kebetulan hari itu kami membersihkan kolam ikan, saya panen lumpur ijo deh jadinya. Kalau nguras kolam ikan, biasanya kan suka ada lumpur-lumpur ijo gitu di dasar kolam, sisa-sisa makanannya, kotorannya, dan aneka lumut. Naaah, lumpur itu saya masukkan aja ke kolam AzoMic, satu kolam satu gayung hihi :D
Beberapa hari kemudian, hasilnya sudah seperti gambar di bawah ini.

Sporadis Azolla Microphylla
AFTER: yang seperti buih itu hasil dari remasan AzoMic yang mati

And then…. taraaa… seminggu kemudian AzoMicnya sudah mulai menyebar banyak di tiga kolam (saya buat 3 kolam). Lalu semakin hari semakin banyak, makin memenuhi permukaan kolam, sampai sekarang. Sebagian sudah ada juga yang menebal dan mulai bertumpuk. Kalau saya perhatikan, proses penyebarannya dari mulai setengah bagian kolam sampai seperti foto di kolam 1 bawah ini, cuma sekitar 3 hari. Lumayan cepat saya pikir. Untuk kolam 3 memang masih sedikit karena saat itu yang ditebar memang sedikit juga, sementara yang mati banyak. Di bawah ini adalah foto per tanggal 31 Juli 2012 yang saya ambil sore hari.
Kolam Azolla Microphylla
AFTER: Kolam 1 – Kolam 2 – Kolam 3 per tanggal 31 Juli 2012 (klik foto untuk memperbesar)

Daaaan…anda mungkin juga akan kaget seperti saya bila melihat foto berikut ini. Ini foto yang barusan saya ambil, per tanggal 1 Agustus 2012, pagi tadi. Di kolam 1 sudah penuh merata hanya dalam semalam, ajaib ya, alhamdulillaah. Cepat sekali pertumbuhannya. Kolam yang lain juga sama, mulai penuh, kecuali kolam 3 yang masih sedikit. Rencana akan saya tebar pisah sebagian dari kolam 1 ke kolam 3. Hmm…sepertinya perlu buat kolam baru nih!
Kolam Azolla Microphylla Penuh
Per tanggal 1 Agustus 2012 – Kolam Azolla Microphylla Penuh

Dari cerita-cerita yang panjang ini, sebenarnya kesimpulannya sangat singkat huhuhu…banyakan curhatnya ya…Berdasarkan yang saya alami, AzoMic ini ternyata memang suka sekali media dan air yang kaya nutrisi. Sebisa mungkin tambahkan nutrisi berupa lumpur kurasan air kolam ikan atau pupuk P.

Untuk poin pentingnya (ini khusus sharing pengalaman budidaya di kolam kecil):
  • Usahakan media kompos dan pupuk kandangnya setinggi minimal 3 cm, jangan pakai tanah. Pukan kambing lebih bagus lagi kalau ada.
  • Usahakan tinggi airnya minimal 5cm atau tidak lebih dari 10cm dari media
  • Menggunakan air kolam ikan hasilnya lebih efektif dibandingkan air biasa karena sudah kaya dengan nutrisi
  • Diletakkan di tempat yang kena cahaya matahari langsung lebih efektif
  • Penambahan nutrisi secara berkala akan membuat penyebarannya lebih banyak dan bertumpuk
  • Jika ada, tambahkan lumpur hijau dari dasar kolam saat kita menguras kolam ikan kita
  • Penambahan pupuk P juga lebih bagus lagi (cuma yang ini saya belum coba, nanti mau coba juga)
Kalau ada tambahan lainnya atau ada yang perlu dikoreksi, silakan :)
Semoga bermanfaat!

Update 28 Agustus 2012
AzoMic kami berkembang semakin pesat. Hampir setiap hari (maksimal 3 hari sekali) AzoMic sudah bisa dipanen. Sebagian saya tebar langsung ke kolam ikan untuk pakan dan ternyata ikannya memang cepat gemuk. Ikan gurame saya yang tadinya pucat sekarang warnanya lebih cerah cling cling hehe… Ikan patinnya juga rakus makan azolla. Sudah hampir 3 minggu ikan kami free pelet sekarang. Karena pertumbuhan Azolla ini sangat cepat, maka akhirnya secara tak langsung kolam ikannya juga berfungsi sebagai kolam budidaya azolla. Saking cepatnya pertumbuhan si AzoMic ini, saya sampai kewalahan mau di kemanain itu azolla. Akhirnya atas saran seorang teman, azollanya saya jadikan pupuk untuk tanaman, dijadikan kompos dan POC (detilnya menyusul di postingan yang akan datang).

Kolam Budidaya Azolla
AzoMic di kolam ikan (sebelum dipanen)

Panen Azolla Microphylla
Panen Azolla

NB: Bagi yang di Medan, kalau ada yang mau bibit Azolla Microphylla ini, bisa hubungi saya, siapa tahu lagi ada indukannya, jadi tidak perlu order ke luar kota dengan ongkos mahal

Sumber : http://dkwek.com/1351/budidaya-azolla-microphylla/

Rabu, 22 Agustus 2012

Bibit Azolla Gambiran

Kamis, 09 Agustus 2012

Tanaman Azolla Pengganti Pupuk Urea



TANAMAN air jenis Azolla, jika dibiarkan tumbuh di lahan sawah dapat menjadi pupuk alami pengganti urea. Karena itu pemanfaatan Azolla secara terus menerus setiap musim tanam padi, dapat mengurangi penggunaan pupuk urea atau pupuk nitrogen buatan pabrik.
 
Dengan demikian biaya produksi pertanian dapat ditekan, sehingga keuntungan petani meningkat. Tapi sayang, petani yang tidak mengerti manfaat Azolla malah menganggapnya sebagai gulma dan membuangnya. Menurut Peneliti Mikrobiologi Fakultas Pertanian UGM, Dr Ir Ngadiman MSi, kemanfaatan Azolla ini lantaran tanaman tersebut mampu mengikat nitrogen dari udara.
 
Nitrogen merupakan nutrisi utama bagi tanaman untuk menopang pertumbuhan. “Jumlah nitrogen yang diikat Azolla melebihi kebutuhannya sendiri. Sehingga sebagian nitrogen dilepaskan ke lingkungan sekitarnya dan diserap oleh tanaman lain. Selain menghemat pupuk, tentu bermanfaat pula untuk memperbaiki tekstur tanah yang rusak akibat penggunaan pupuk kimia yang sekian lama,” ujar Ngadiman.
 
Dijelaskan, Azolla adalah tanaman paku air yang mengapung di lingkungan perairan seperti kolam, danau, saluran, sawah dan sebagainya. Warna daunnya hijau, tapi pada kondisi yang kurang baik (akibat suhu lingkungan terlalu tinggi) warna daun berubah keku-ningan hingga kecoklatan. Dalam satu tangkai terdiri dari 3-4 helai daun berukuran kecil dan akarnya menggantung dalam air.
 
Ngadiman mengaku pernah melakukan penelitian sekitar tahun 1989-1990 dan menemukan manfaatnya sehingga membuat Azolla booming. Namun setelah itu lambat laun meredup dan Azolla nyaris dilupakan petani sampai sekarang. Berdasarkan penelitiannya, Azolla mampu mengganti kebutuhan urea antara 40-50 persen setelah Azolla digunakan selama 5 musim tanam berturut-turut.
 
Sayangnya, penelitian yang dilakukan Ngadiman hanya sampai pada 5 kali musim tanam. “Kalau penelitian tersebut diteruskan, saya yakin suatu saat akan ketemu angka dimana pemakaian urea dapat ditiadakan sama sekali karena tergantikan oleh Azolla,” tandasnya. Azolla dapat dikembangbiakkan seperti tanaman pada umumnya.
 
Untuk mendukung pertumbuhan tanaman padi, benih Azolla sebaiknya ditebar ke lahan dua hari setelah bibit padi ditanam. Sedangkan benih Azolla yang ditebar adalah benih yang sudah berusia 2 minggu. Dengan cara itu, pada saat padi berusia 21 hari, tanaman Azolla sudah tumbuh sesak meme-nuhi seluruh celah di antara batang-batang padi.

“Dengan demikian tak ada lagi ruang yang tersisa untuk hidupnya rumput atau gulma. Ini akan menghemat biaya untuk menyiangi gulma. Bagi petani yang tidak ingin repot, biarkan saja Azolla tumbuh seperti itu manfaatnya sudah terasa,” katanya.

Tapi akan lebih baik lagi, menurut Ngadiman, jika Azolla tersebut dibenamkan ke dalam tanah. Caranya, kering-kan dulu lahan sehingga Azolla mengendap di permukaan tanah. Setelah itu Azolla dicampur atau dipendam dalam tanah. Ini lebih efektif karena Azolla tersebut akan terurai dan diikat oleh partikel-partikel tanah. Sedangkan jika hanya dibiarkan di permukaan tanah, sebagian nitrogen pada Azolla akan me-nguap.

Berdasarkan penelitian itu pula diketahui, Azolla mengandung 22-37 persen protein dari setiap berat kering. Tanaman ini juga tidak beracun bagi ternak, unggas dan ikan. Sehingga Azolla dapat dimanfaatkan untuk pupuk berbagai tanaman, pakan ternak dan ikan. (Aksan Susanto)

Sumber : http://pertanian-tasurun.blogspot.com/2011/06/tanaman-azolla-pengganti-pupuk-urea.html

Rabu, 09 Mei 2012

Azzola, Alternatif Sumber Penyedia Nitrogen Padi Sawah




 

Inovasi Teknologi : Azzola, Alternatif Sumber Penyedia Nitrogen Padi Sawah.

Apa Kabar Penyuluh Pertanian Indonesia?

Sebagaimana kita ketahui, pengembangan pertanian khususnya padi sawah merupakan tanaman budidaya yang secara luas telah banyak dikembangkan dibeberapa negara termasuk di Indonesia.  Salah satu permasalahan yang kini dihadapi para petani adalah menurunya kesuburan lahan.  Permasalahan ini secara umum disebabkan karena terus dipacunya lahan untuk berproduksi semaksimal mungkin secara terus menerus untuk mengejar peningkatan produktivitas.
Tidak disadari hal ini berakibat pada pengurasan unsur hara dari dalam tanah secara tidak terkendali, terutama unsur hara Nitrogen dan yang lebih kritis lagi adalah makin berkurangnya bahan organik di dalam tanah.   Untuk mengatasinya diperlukan input yang bukan hanya mampu menyediakan unsur hara terutama Nitrogen namun sekaligus mampu memperkaya bahan organik tanah.  Input ini berperan sebagai suplemen tambahan pupuk kimia yang biasa di pakai oleh para petani.
Salah satu sumber input alternatif  ini Azzola.  Azzola adalah pupuk hijau yang dapat dijadikan sebagai sumber Nitrogen (N) alternatif yang cocok dikembangkan oleh para petani dan sangat mudah untuk diaplikasikan serta relatif murah karena tidak memerlukan biaya tambahan  yang memberatkan petani.

Apakah Azzola itu?

Azzola adalah semacam tumbuhan paku air yang berukuran mini sekitar 3-4 cm yang bersimbiosis dengan bakteri Cyanobacteria pemfiksasi Nitrogen yaitu bakteri Anabaena azzollae.  Simbiosis ini menyebabkan azzolla mempunyai kualitas hara yang baik.  Azzolla sudah berabad-abad digunakan oleh para petani di Cina dan Vietnam.  Sebagai sumber Nitrogen bagi padi sawah.

Azzola secara alami tumbuh di banyak kawasan seperti di Asia, Amerika dan Eropa.  Azzolla mempunyai beberapa spesies, antara yang sudah diidentifikasi seperti Azolla caroliniana, Azolla filiculoides, Azolla mexicana, Azzolla microphylla, Azolla nilotica, Azolla pinnata var pinnata, Azolla pinnata var imbricata dan Azolla rubra.

Azzola sebagai Sumber Penyumbang Nitrogen (N).

Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) telah mengadakan penelitian internasional termasuk di dalam Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) terlibat di dalamnya.  Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa Azzolla yang bersimbiosis dengan Anabaena azzollae dapat memfiksasi N2 Udara dari 70% – 90%.  N2 fiksasi yang terakumulasi ini yang dapat digunakan sebagai sumber N bagi padi sawah.  Dari beberapa penelitian diperoleh bahwa laju pertumbuhan Azzolla adalah 0,355 – 0,390 gram per hari (di laboratorium) dan 0,144 – 0,890 gram per hari (di lapangan).

Pada umumnya biomassa Azzolla maksimum tercapai setelah 14 – 28 hari setelah inokulasi.  Dari hasil penelitian BATAN diketahui bahwa dengan menginokulasikan 200 gram Azzolla segar per meter persegi maka setelah 3 minggu Azzolla tersebut akan menutupi seluruh permukaan lahan tempat Azzolla tersebut ditumbuhkan.  Dalam keadaan ini dapat dihasilkan 30 – 40 kilogram Nitrogen per hektar.  Jumlah ini kira-kira setara dengan 100 kilogram Urea. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa Azzolla dapat tumbuh dan berkembang dengan lebih baik pada musim kemarau.
Lapisan Azzolladi atas permukaan lahan sawah dapat menghemat penggunaan Urea sebesar 50 kilogram Urea per hektar.  Kadangkala bila musim sangat baik, Azzolla dapat menghemat pemakaian pupuk Urea sampai 100 kilogram Urea per hektar.  Dengan demikian aplikasi Azzollla di lahan padi sawah dapat menghemat penggunaan pupuk buatan.

Wowww….luar biasa, bukan?   
Apalagi hampir – hampir tanpa biaya sama sekali, bahkan terjadi penghematan yang luar biasa.  Hitung saja harga pupuk urea bersubsidi sekitar Rp. 1.200,00 per kilogram, berarti penghematan sebesar Rp.120.000, 00.  Penghematan ini semakin besar jika para petani mengaplikasikan dalam luasan lahan yang lebih besar lagi.

Kandungan Unsur Hara Azzolla.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh BATAN menunjukkan bahwa Azzolla mengandur unsur hara yang lengkap baik unsur hara makro maupun unsur hara mikro.
Kandungan unsur hara yang terkandung di dalamnya, antara lain :
  1. Nitogen (N) : 1,96 – 5,30 %.
  2. Phosphor (P) : 0,16 – 1,59 %.
  3. Kalium (K)  :  0,31 – 5,97 %.
  4. Calsium (Ca) :  0,45 – 1,70 %.
  5. Magnesium (Mg)  :  0,22 – 0,66 %.
  6. Sulphur (S) :  0,22 – 0,73 %.
  7. Silikat (Si) : 0,16 – 3,53 %.
  8. Natrium (Na)  : 0,16 – 1,31 %.
  9. Clorida (Cl)  :  0,62 – 0,90 %.
  10. Aluminium (Al)  :  0,04 – 0,59 %.
  11. Besi (Fe) :  0,04 – 0,59 %.
  12. Mangan (Mn) : 66 – 2,944 ppm.
  13. Cobalt (Co)  :  0,264 ppm.
  14. Seng (Zn)  :  26 – 989 ppm.
Apa Manfaat Azzola?
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa Azzola mempunyai manfaat yang tidak kalah pentingnya.  Beberapa manfaat Azzolla yang sudah diketahui melalui penelitian secara intensif, antara lain :
  1. Sebagai sumber Nitrogen alternatif suplemen pupuk Urea sampai dengan 100 kilogram per hektar.
  2. Sebagai sumber pakan ternak/hijauan dan pakan ikan terutama untuk pakan ayam dan itik.
  3. Azzolla dapat menekan pertumbuhan gulma di lahan sawah.
  4. Azzolla dapat digunakan sebagai tanaman hias air yang unik.
  5. Azzola dapat berperan sebagai kontrol terhadap perkembangan nyamuk.
Bagaimana Aplikasi Azzzola di Lahan Sawah?
Aplikasi Azzolla di lahan sawah relatif mudah dan tidak memerlukan biaya yang tinggi, petani tinggal mengaplikasikannya tanpa harus membeli.  Biaya yang dikeluarkan hanya untuk bayar tenaga kerja itupun dapat dihemat dan tidak usah dikeluarkan apabila petani melakukanya sendiri.
Aplikasinya cukup mudah. Begini :
  1. Tebarkan Azzolla bersamaan dengan atau 1 minggu sebelum benih padi disemai.
  2. Setelah lahan penuh dengan Azzolla, lakukan pengolahan tanah dengan bajak agar Azzolla terbenam ke dalam tanah.
  3. Setelah olah tanah selesai, selanjutnya dilakukan penanaman bibit padi yang telah disemaikan. Azzolla yang tidak sempat terbenam ke dalam tanah dibiarkan saja agar tumbuh di lahan. Azzolla yang tumbuh dipermukaan ini sangat bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman padi, karena mampu mengambil Nitrogen yang hanyut oleh air irigasi maupun yang menguap di udara serta dapat menekan pertumbuhan gulma.
  4. Selanjutnya lakukan pemeliharaan tanaman padi seperti biasanya.
Bagaimana sahabat – sahabat penyuluh? Mudah bukan mengapilkasikanya? Oke, mari kita manfaatkan Azzola yang merupakan karunia Yang Maha Kuasa ini untuk kesejahteraan para petani kita.

Salam Penyuluh. Sukses selalu.

Sumber : http://www.penyuluhpertanian.com/inovasi-teknologi-azzola-alternatif-sumber-penyedia-nitrogen-padi-sawah

Dongkrak Hara dengan Azolla

Azolla dongkrak hara tanah

 

 

 

 

 

 

 

 


Azolla terbukti meningkatkan produksi padi karena mampu menghasilkan nitrogen yang diperlukan tanaman. Tumbuhan air itu mengumpulkan 2-4 kg nitrogen/ha/hari, setara 10-20 kg amonium sulfat. Kemampuan itu karena peran ganggang  biru Anabaena azollae. Melalui hubungan saling menguntungkan, azolla menghasilkan nutrisi dan rongga daun untuk berlindung bakteri, sedangkan si bakteri mengikat nitrogen untuk tanamannya. Dalam kondisi menguntungkan, populasi azolla berlipat ganda dalam 3—5 hari. Nitrogen terikat jauh lebih banyak dibandingkan tanaman anggota famili Leguminosae alias kacang-kacangan.

Pemakaian azolla di berbagai negara terbukti menaikkan produktivitas padi 10—30%. Makanya petani di Cina dan Vietnam puluhan abad memanfaatkannya. Orang Vietnam memanfaatkan azolla sebagai pabrik pupuk nitrogen yang tidak bisa rusak. Saat perang Vietnam berkecamuk, azolla tetap diproduksi secara alami. Terbukti, meski dalam kondisi terimpit, Vietnam tetap mampu mengeskpor beras. Penggunaan azolla dapat mengurangi ketergantungan terhadap pupuk buatan, yang pemanfaatannya dalam jangka panjang kurang menguntungkan bagi kesehatan manusia dan menurunkan sifat granulasi tanah.

Azolla sebenarnya gampang dibudidayakan. Siapkan sebidang tanah berukuran 100 m2 untuk persemaian. Sebaiknya tanah itu dibuat seperti sawah yang tentu saja sudah dicangkul dan diairi setinggi 5—7 cm. Masukkan sekitar 7 kg azolla ke kolam. Agar pertumbuhan lebih cepat, taburkan pupuk kandang saat persiapan kolam. Dalam tempo seminggu, permukaan air sudah tertutupi azolla.

Sumber :  http://www.trubus-online.co.id/index.php/component/osemsc/templates/index.php?option=com_content&view=article&id=5583:dongkrak-hara-dengan-azolla&catid=146:blog&Itemid=687

Selasa, 17 April 2012

Komposisi Kimia dari Azolla

Chemical Composition of Azolla

from : http://www.amitbiotech.com/nutrition.html

Sl. No

Constituents

Composition on Dry Weight Basis (%)

01.

Ash

10.5

02.

Crude Fibre

9.1

03.

Crude Fat

3.0 - 3.3

04.

Starch

6.5

05.

Soluble Sugar

3.5

06.

Crude Proteins

24.0 - 30.0

07.

Nitrogen

4.0 - 5.0

08.

Phosphorus

0.5 - 0.9

09.

Potassium

2.0 - 4.5

10.

Calcium

0.4 - 1.0

11.

Magnesium

0.5 - 0.6

12.

Manganese

0.11 - 0.16

13.

Iron

0.06 - 0.26

14.

Chlorophyll

0.34 - 0.55

15.

Water Holding Capacity

360

16.

Color

Brownish

17.

Smell

Fishy

18.

Moisture Content

94 (Fresh Azolla)